Denganpapan kaca berukuran mulai dari 5 inci hingga 6,4 inci, pengguna tentu harus menggunakan kedua tangannya pada saat mengoperasikannya. Untungnya, ketidaknyamanan tersebut dipahami betul oleh LG dengan memperkenal fitur Rear Key di salah satu punggawanya, G2.
Mahasiswa/Alumni Universitas Pendidikan Indonesia15 Mei 2022 0033Hai Adellya, kakak bantu jawab ya. Jawaban yang tepat yaitu d. letaknya strategis dan memiliki pelabuhan yang baik. Untuk lebih jelasnya, pahami penjelasan berikut. Kesultanan Makassar adalah kerajaan Islam yang terletak di Sulawesi Selatan. Kerajaan ini berawal dari Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo yang kemudian bergabung menjadi satu di bawah pimpinan Raja Gowa. Adapun Raja Tallo menjadi mangkubumi. Kesultanan Makassar menjadi suatu kesultanan besar sebab kerajaan ini memiliki letak yang strategis. Dimana kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Kesultanan Makassar pun menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku sehingga ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri. Dengan demikian, berkembangnya Kesultanan Makassar menjadi salah satu pusat perdagangan saat itu disebabkan letaknya strategis dan memiliki pelabuhan yang baik. Semoga membantu.
SejarahJakarta, 5 Kali Ganti Nama Mulai dari Sunda Kelapa. Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan polusi udara tertinggi di Asia Tenggara. Ilustrasi puncak Tugu Monas, Jakarta pada Mei 2018 lalu. [Suara.com] Sejarah Jakarta atau Sejarah Kota Jakarta. Dari pusat perdagangan di zaman penjajahan Belanda dengan diduduki VOC, kini Kota Makassar Makassar kadang dieja Macassar, Mangkasar; dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujungpandang atau Ujung Pandang adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kotamadya ini adalah kota terbesar pada 5°8′S 119°25′E Koordinat 5°8′S 119°25′E, di pesisir barat daya pulau Sulawesi, berhadapan dengan Selat Makassar. Kota Makassar Macassar, Mangkasar, Ujung Pandang 1971-1999 adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia dan sekaligus sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Timur Indonesia KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah jiwa yang terdiri dari lakilaki jiwa dan perempuan jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %. Letak Koordinat 5°8′S 119°25′E di pesisir barat daya pulau Sulawesi, menghadap Selat Makassar. Batas Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Pangkajene Kepulauan di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai. Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Mayoritas penduduknya beragama Islam Pembagian Wilayah Kota Makassar dibagi menjadi 14 kecamatan, 143 kelurahan, 885 RW dan 4446 RT. Kondisi Geografis Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C. Kota Makassar diapit dua buah sungai yaitu Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota. Lihat juga kondisi geografis Makassar selengkapnya. Luas wilayah 128,18 km² Total 175,77 km2. Luas wilayah kecamatan 1 Tamalanrea 31,84 km²; 2 Biringkanaya 48,22 km²; 3 Manggala 24,14 km²; 4 Panakkukang km²; 5 Tallo 5,83 km²; 6 Ujung Tanah 5,94 km²; 7 Bontoala 2,10 km²; 8 Wajo 1,99 km²; 9 Ujung Pandang 2, 63 km²; 10 Makassar 2,52 km²; 11 Rappocini 9,23 km²; 12 Tamalate 20,21 km²; 13 Mamajang 2,25 km²; 14 Mariso 1,82 km² Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk 1,168,258 jiwa. Makassar berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. Kota ini tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku bangsa yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar,Buton, Jawa, dan Tionghoa. Makanan khas Makassar yang umum dijumpai seperti Coto Makassar, Roti Maros, Jalangkote, Kue Tori, Palubutung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro. BATAS WILAYAH Makassar memiliki wilayah seluas 128,18 km². ARAH TIMUR Kabupaten Maros ARAH BARAT Selat Makassar ARAH UTARA Kabupaten Maros ARAH SELATAN Kabupaten Gowa Sumber Data Kota Makassar Dalam Angka 2009 BPS - Kota Makassar Geografis Makassar Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km². Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamat-an tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah utara dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan kabupaten Maros, sebelah selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar. Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar, memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan daerah lain. Memang selama ini kebijakan makro pemerintah yang seolah-olah menjadikan Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft kawasan Timur Indonesia, membuat Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Padahal dengan mengembangkan Makassar, otomatis akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Timur Indonesia dan percepatan pembangunan. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan kondisi geografis - Makassar memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di kawasan Timur Indonesia. Saat ini Kota Makassar dijadikan inti pengembangan wilayah terpadu Mamminasata. Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sementara itu komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk kota Makassar, yaitu sekitar 92,17 % yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki. Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Wisata
JanganSalahkan ATHEIS, KAMBING, dan DOMBA. By Yusran Darmawan March 29, 2021 4 comments. ilustrasiSetiap kali ada bom meledak, kita akan melihat ekspresi yang sama dari para warga negeri +62. Semua orang akan mengutuk dan mengecam. Padahal, kita sama tahu, sejak Malin Kundang dikutuk, tidak ada satu pun kutukan yang efektif mengubah pihak

Kota Makassar ditetapkan sebagai salah satu kota pusat pertumbuhan yang ada di Indonesia bagian timur karena pertumbuhannya yang terbilang pesat. Pertumbuhan Kota Makassar yang pesat ini diharapkan mampu mendorong perekonomian wilayah lain di sekitarnya. Kemajuan dan perkembangan Kota Makassar tidak terlepas dari faktor pendukungnya, yaitu lokasinya yang sangat strategis. Kota Makassar merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir pantai dan berhadapan langsung dengan Selat Makassar yang ramai dengan lalu lintas pelayaran lautnya. Hal ini menjadikan Kota Makassar sering disinggahi dan dilewati oleh kapal-kapal perdagangan dunia. Kondisi tersebut memengaruhi pertumbuhan Kota Makassar hingga menjadi seperti saat ini. Jadi, jawaban yang tepat adalah A. Untuk mempelajarinya lebih jelas, tonton video selanjutnya.

IniUrgensi Pernjanjian Dagang UEA-RI. Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UEA (Foto: Setkab) JAKARTA - Penandatanganan Comprehensive Economic Partnership Agreement ( CEPA) baru-baru ini antara Indonesia dan Uni Emirat Arab menandai tonggak penting dalam hubungan yang sudah terjalin selama 46 tahun. › Nusantara›Perdagangan Berbuah Akulturasi... Akulturasi budaya di Makassar di antaranya lahir dari pedagang multietnis di masa lampau. Jejak pembauran ini bisa dijumpai dalam berbagai rupa dan menjadi penanda keterikatan antarwarga berbagai suku. KOMPAS/RENY SRI AYU ARMAN Ratusan orang menari bersama di Anjungan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi ji batara bauleAti raja nakijai pa’nganroi baule Rajale alla kereaminjoAti… Ati… Ati rajaNitarima pappala’na bauleHanya ada satu TuhanAti raja, hanya kepada-Mu kami memintaApa pun itu yang sesungguhnyaAti… Ati… Ati rajaPasti akan diterima segala permintaanGenerasi muda di Kota Makassar saat ini barangkali banyak yang tidak tahu bahwa bait awal cuplikan lagu daerah Makassar ini diciptakan seorang seniman keturunan Tionghoa, Hoo Eng Djie 1906-1960. Menggunakan bahasa Makassar, lagu berjudul ”Ati Raja” istilah untuk hati yang lapang/bersih ini bercerita tentang pengakuan atas keberadaan Tuhan dan sekaligus tempat bermohon. Lagu ini sangat lekat di hati semua orang Makassar atau siapa pun yang pernah berdiam di kota ini. ”Ati Raja” bukanlah satu-satunya lagu Hoo Eng Djie, ada banyak lagu lain yang menjadi lagu daerah pecinan sebagai pusat perdagangan dan cikal bakal Kota Makassar, Sulawesi Selatan, memang memberi banyak warna dalam perkembangan kota dan juga warganya. Akulturasi dalam beragam rupa adalah salah satu hal penting yang lahir kemudian dari kawasan ini, termasuk lagu-lagu ciptaan Hoo Eng Djie tadi. Kedatangan beragam etnis di Makassar pada masa lampau, walau awalnya hanya untuk kepentingan berdagang, nyatanya melahirkan kisah pembauran. Di kawasan pecinan, kawin mawin antara etnis Tionghoa dan Bugis, Makassar, atau Melayu, kemudian melahirkan turunan peranakan. Para peranakan ini tak sekadar melanjutkan usaha moyang mereka, tapi juga menciptakan akulturasi dan harmoni. Akulturasi ini hadir di meja makan, di pesta adat, dunia berkesenian, dan banyak aspek lain Aritanto 60, budayawan Tionghoa yang menghabiskan masa kecil di tengah-tengah pecinan, masih ingat betul bagaimana setiap perayaan Maulid dia diminta mengantar telur berwarna merah dan beragam penganan ke masjid. Sejak dulu hingga kini banyak masjid di pecinan. ”Ibu saya punya usaha kue dan makanan. Setiap kali Maulid, dia akan menyempatkan waktu khusus membuat telur berwarna merah dan membuat songkolo nasi ketan, lalu meminta saya membawanya ke masjid,” SRI AYU Suasana Masjid Amanah Ende di kawasan pecinan Makassar, Selawesi Selatan, Kamis 15/7/2021. Masjid ini adalah salah satu jejak sejarah pembauran di David, moyang mereka punya tradisi membuat telur berwarna merah untuk menyambut atau memperingati kelahiran seseorang. Saat itu, pedagang Tionghoa akan ikut bersukacita merayakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang diwujudkan dengan membuat mengatakan, ada banyak jenis kuliner ataupun tradisi yang sesungguhnya adalah hasil akulturasi. Coto Makassar, kue-kue tradisional, hingga ornamen pelengkap pesta pernikahan dan pakaian adat adalah sebagian juga Menikmati Akulturasi di Meja MakanKuliner memang menjadi salah satu ikon pecinan Makassar. Dari kawasan ini lahir sejumlah warung kopi tertua yang hingga kini tetap bertahan. Pemiliknya kini mengembangkan usaha dengan model waralaba hingga lahir cabang-cabang di sejumlah wilayah, termasuk di luar Makassar. Sebut saja Warkop Phoenam dan Hai goreng Sulawesi, yang juga menjadi salah satu kuliner ikonik Makassar, bermula di Jalan Sulawesi, kawasan pecinan, lebih 50 tahun lalu. Cabangnya kini menyebar di sejumlah tempat. Begitu pula jalangkote yang jadi penganan khas Makassar. Beberapa usaha jalangkote yang besar kini dikelola generasi ketiga dari kawasan A SETYAWAN Coto Makassar menjadi menu utama di rumah makan Daeng Memang di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Rabu 5/4/2017.Siapa pun yang pernah ke Makassar pasti pernah mendengar atau mencoba kuliner mi kering. Makanan berbahan mi garing yang diberi kuah kental berisi campuran ayam, udang, dan sayuran ini diperkenalkan oleh seorang warga keturunan yang akrab dipanggil Angko Cau. Makanan hasil kreasinya ini tak hanya menjadi kuliner ikonik di Makassar, tetapi juga menginspirasi banyak pemilik restoran hingga warung kaki lima untuk mengadopsi dan menjadikannya menu juga merupakan bentuk akulturasi budaya Tionghoa dan adat lelaki dalam suku Bugis dan Makassar dengan model kerah berdiri pun punya kemiripan dengan pakaian etnis Tionghoa. Begitupun ornamen dalam pakaian adat perempuan dengan gelang berhias naga. Ada pula hiasan pelaminan yang tampak seperti burung merak, tetapi bagi orang Tionghoa adalah burung korongtigi juga merupakan bentuk akulturasi budaya Tionghoa dan Bugis-Makassar. Korongtigi ini adalah momen melepas calon pengantin untuk memulai hidup baru yang digelar dalam ritual sakral yang dihadiri kerabat dekat.”Dalam pernikahan etnis Tionghoa, kami juga menggelar malam korongtigi dengan beragam kue sebagaimana lazimnya yang dilakukan suku Bugis Makassar,” tambah ARIYANTO NUGROHO Penari dari Yayasan Belantara Budaya Nusantara ketika membawakan tari kipas pakarena dari Gowa, Sulawesi Selatan, saat Pergelaran Tari Nusantara di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu 11/4/2021.Sejarawan Universitas Hasanuddin Dias Pradadimara mengatakan, keberadaan pedagang Tionghoa di masa lampau memang melahirkan pembauran. ”Ada banyak hal dari Tionghoa yang diadopsi dalam budaya Bugis, Makassar, maupun Melayu. Begitu juga sebaliknya. Dulu, identitas etnis sangat kuat dibandingkan mempersoalkan asal-usul,” etnis dan pembauran yang melahirkan keterikatan erat ini, sayangnya, pernah ternoda saat terjadi beberapa kali konflik berbau etnis di Makassar. Ini terutama saat pemerintahan Orde Baru.”Orang kemudian melihat etnis Tionghoa hanya dari satu sisi, padahal di antara mereka pun sebenarnya banyak konflik dan persaingan hingga faksi,” kata Dias. Ini yang kemudian membuat harmoni seolah pudar dan etnis Tionghoa terkesan menjadi juga Akulturasi Memperkaya BudayaSoal ini, sejarawan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Yerry Wiryawan, mengatakan akulturasi yang baru mestinya bisa dibuat lagi. ”Akulturasi yang ada saat ini adalah peninggalan masa lalu. Mestinya bisa dikreasikan dan diciptakan lagi hingga terus ada yang baru. Bisa membuat kuliner, lagu, film, apa pun,” mengatakan, perihal memperbarui dan menciptakan akulturasi baru adalah sesuatu yang niscaya. Makassar adalah kota yang dicintai semua warganya, tak peduli latar belakang. Sejatinya, kebanggaan dan kecintaan ini adalah modal utama untuk melahirkan keterikatan yang lebih erat lagi. EditorMohamad Final Daeng 1 Bagaimana menciptakan ciri khas kawasan Somba Opu sebagai salah satu pusat perdagangan kota Makassar berupa pola dan bentuk agar memiliki identitas yang jelas 2. Bagaimana menciptakan kawasan Somba Opu menjadi kawasan perdagangan yang representatif ditinjau terhadap: - iklim - sirkulasi - prasarana 3.
Kerajaan MakassarMakassar merupakan pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan karna letak wilayah Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Lemahnya pengaruh Hindu-Buddha di kawasan ini menyebabkan nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut oleh masyarakat di Sulawesi Selatan menjadi ciri yang cukup menonjol dalam aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar mengembangkan kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat Sulawesi Selatan memiliki tradisi merantau. Keterampilan membuat perahu phinisi merupakan salah satu aspek dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi masa pemerintahan Sultan Hasanuddin 1654-1660, Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo Makassar dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar 1660-1669. Perang ini juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. Sebagai salah satu kota dan Bandar niaga di Asia Tenggara, Somba Opu memiliki setidak – tidaknya lima konsul dagang Eropa sebagai tempat perwakilan dagang Negara – Negara Eropa di kerajaan itu. Konsulat dagang yang ada di Somba Opu antara lain, Konsulat Portugis, Konsulat Denmark, Konsulat Inggris, Konsulat Spanyol dan Konsulat Belanda. Namun Konsulat Belanda menarik diri pada tahun 1661 karena tahun 50an perusahaan - perusahaan ekspedisi Belanda berlomba-lomba mengirimkan armadanya untuk memperebutkan rempah Indonesia. Akibat persaingan itu adalah meningkatnya pengiriman rempah ke Eropa dan naiknya harga rempah. Untuk mengatasi persaingan dagang yang tidak sehat pada tahun 1602 perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda itu akhirnya melebur menjadi satu pada tanggal 20 Maret 1602 dengan nama Vereenigde Oost-Indische Compagnie VOC atau Perserikatan Maskapai Hindia Timur. Dalam lidah kita persekutuan dagang itu dikenal dengan nama Kompeni dari kata Compagnie. Namun perwakilan dagang VOC di Somba Opu tidak terlalu berkembang karena kekurangan modal dibandingkan dengan perwakilan – perwakilan dagang Eropa lainnya. Akibatnya perwakilan dagang VOC tutup. Memang, sementara volume perdagangan antara Gowa dengan Negara – Negara Eropa lainnya berkembang sedangkan VOC malah terancam bangkrut. Pedagang rempah di Maluku yang selama ini menjadi sumber utama VOC telah segan untuk berdagang dengan VOC karena memasok harga dibawah standar Somba Opu. Akibatnya ibukota Somba Opu semakin ramai dan semarak menjadi ajang tawar – menawar perdagangan. Dan oleh sebab itu juga Somba Opu menjadi incaran utama pedagang – pedagang dari Eropa untuk mendapatkan modal yang bangkrutnya VOC yaitu disebabkan karena mereka lagi berperang dengan Malaka. Sejak jatuhnya kerajaan Malaka ke tangan kompeni banyak pedagang asing yang merupakan saingan kompeni membangun ,usaha di Makassar yang merupakan pusat perdagangan. Melihat kejayaan kerajaan Makassar. Kompeni berniat hendak mematikan usaha – usaha dagang yang sungguh sangat maju dan semarak itu. Kompeni tidak tahan melihat perdagangan Cengkeh hasil dari Kepulauan Maluku yang di usahakan pedagang – pedagang Spanyol, Portugis, Inggris dan bangsa lain – lain berjalan sangat pesat di Somba Opu yang merupakan sebagai pelabuhan transito. Pada tahun 1637 terjadi peperangan antara pedagang – pedagang asing alinasi Portugis, Inggris, Spanyol, Denmark dan Francis dengan Belanda karena mereka menilai Belanda telah merusak tata niaga perdagangan dan menentang prinsip – prinsip Perjanjian Eropa West Phalia dan Perjanjian Hiderabat. Sultan Hasanuddin yang merupakan raja dari Kerajaan Makassar pada saat itu membantu aliansi Eropa melawan Belanda dalam perang. Akibatnya kompeni Belanda terdesak di beberapa wilayah di Maluku dan Selat Makassar. Bantuan Raja Sultan Hasanuddin dipandang sebagai perang terbuka oleh kompeni. Akibatnya Belanda lebih mengkonsentrasikan diri untuk merebut kota dagang Somba Opu. Terjadilah peperangan selama puluhan tahun, namun pada akhir tahun 1667 Kerajaan Makassar menyerah maka raja Sultan Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian adanya daerah kekuasaan Makasar yang luas tersebut, maka seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone daerah kekuasaan Makasar. Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar. Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan dari perjanjian Bongaya antara laina. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Aru Palaka diakui sebagai raja perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba putra Hasannudin meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya. Perang Makasar 1666-1668 sebenarnya dipicu oleh perang dagang antara Kerajaan Makasar yang menjadikan pelabuhannya bebas dikunjungi oleh kapal-kapal dari Eropa ataupun dari Asia dan Nusantara, dengan pihak VOC yang ingin memaksakan monopoli. Pelabuhan Makasar dianggap menyaingi perniagaan VOC. Keinginan VOC untuk mengontrol jalur perniagaan laut, ditolak oleh Sultan Hasanuddin. Dalam kebudayaan bahari yang dimiliki oleh orang Makasar, mereka memiliki filosofi bahwa secara umum laut adalah milik bersama, siapapun boleh melayarinya. Permintaan VOC agar Sultan menerima monopoli perdagangan di Makasar itolak oleh Sultan Hasanuddin. Bahkan Sultan mengatakan“Tuhan telah menciptakan bumi dan lautan, telah membagi-bagi daratan di antara umat manusia. Tetapi mengaruniakan laut untuk semuanya. Tak pernah kedengaran larangan buat siapapun untuk mengarungi lautan.”Jawaban ini meneguhkan semangat orang-orang Makasar untuk melawan tindakan yang memaksakan kehendak, padahal sudah sejak lama, perniagaan laut di Asia Tenggara ini berjalan dengan sistem pasar bebas. Pihak penguasa hanya mengontrol keamanan laut dan pelabuhan dengan menarik cukai atas bermacam mata dagangan. Bahkan para penguasa juga menjadi kaya karena menjadi juragan atau pemilik kapal- kapal dagang. Namun sejak kekalahan dalam Perang Makasar banyak bangsawan, saudagar, dan pelaut Makasar yang meninggalkan kampung halamannya pergi merantau ke seluruh kepulauan itu sebagaian besar bangsawan Bugis di Wajo yang menjadi sekutu Kerajaan Gowa-Tallo juga melakukan pengungsian setelah ibukota kerajaan di Tosora dihancurkan oleh VOC. Peperangan yang terjadi kemudian pada pertengahan abad ke 18 antara Kerajaan Bone melawan Kerajaan Gowa-Tallo dan Kerajaan Wajo juga makin menambah besar jumlah penduduk yang mengungsi. Namun para pengungsi Makasar dan Bugis generasi awal telah beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya. Kebanyakan orang Bugis kemudian menetap di wilayah kepulauan Riau dan Semenanjung Malaya, sementara orang Makasar di Jawa dan Madura. Sedangkan dalam jumlah kecil mereka menyebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dalam proses awal adaptasi, Andaya melihat bahwa para pengungsi Makasar awalnya mengalami kegagalan karena sifat mereka terus memusuhi VOC, sehingga di Jawa Timur, Karaeng Galengsung dan pengikutnya, mendukung pemberontakan Trunojoyo melawan Mataram dan VOC, yang pada akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1679. Hal yang sama juga terjadi di Banten ketika Karaeng Bontomarannu tiba di Banten dengan 800 orang pengikutnya dan mendapatkan tempat tinggal dari SultanBanten, sampai kemudiaan ditinggalkan akibat perang antara VOC dan Banten tahun menurut Andaya, para pengungsi dari Bugis tidak memposisikan sebagai musuh VOC dengan tidak mendukung perlawanan penguasa setempat terhadap VOC. Sehingga orang-orang Bugis ini relatif tidak dicurigai oleh VOC. Para bangsawan Bugis dan pengikutnya yang berada di tanah Semenanjung Malaya justru diminta bantuan oleh Sultan Johor, Abd al-Jalil untuk melawan saingannya, Raja Kecik, yang ingin merebut tahta dengan bantuan Orang Laut. Setelah musuhnya berhasil dikalahkan, Sultan memberikan daerah kepulauan Riau sebagai tempat tinggal orang-orang Bugis. Pada abad ke-18, para bangsawan Bugis ini kemudian membentuk kerajaan yang otonom di kepulauan antara rakyat Makassar dengan VOC terjadi. Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone Aru Palaka dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Arung Palakka mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Arung Palakka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap disahkannya perjanjian Bongaya, maka Rakyat Gowa merasa sangat dirugikan oleh karena itu perangpun kembali berkecamuk. Pertempuran hebat itu membuat Belanda cemas, sehingga menambah bala bantuan dari batavia. Dalam pertempuran dahsyat pada bulan Juni 1669 yang cukup banyak menelan korban di kedua belah pihak, akhirnya Belanda berhasil merebut benteng pertahanan yang paling kuat di Somba Opu. Benteng Somba Opu diduduki Belanda sejak 12 Juni 1669 dan kemudian dihancurkan, setelah pasukan Gowa mempertahankannya dengan gagah berani. Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri Bone yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya benteng Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya akhirnya mengalami kemunduran. Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk. Dalam perjanjian itu, nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya harus dilepaskan. Apalagi sejak Arung Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi Selatan dan berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di Makassar. Sejak itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di Indonesia. Makassar, sebagai ibukota kerajaan Gowa mengalami pengalihan-pengalihan baik dari segi penguasaan maupun perkembangan-perkembangannya. Pengaruh kekuasaan gowa makin lama makin tidak terasa di kalangan penduduk Makassar yang kebanyakan pengikut Aru Palaka dan Belanda . benteng Somba Opu yang selama ini menjadi pusat politik menjadi kosong dan sepi. Pemerintahan kerajaan Gowa yang telah mengundurkan diri dari Makassar Yang berada dalam masa peralihan ke Kalegowa dan Maccini Sombala tidak dapat dalam waktu yang cepat memulihkan diri untuk menciptakan stabilitas dalam negeri. Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah. Akibat lain dari perjanjian ini adalah semua hubungan dengan orang-orang Makassar di daerah ini harus diputuskan. Bagi VOC, orang-orang Makassar merupakan para pengacau dan penyulut kekacauan karena hubungan Sumbawa dan Makassar yang telah berjalan lama. Pada 1695, orang-orang Makassar melakukan pelarian dalam jumlah besar ke daerah Manggarai. Bahkan, perpindahan orang-orang Makassar itu telah berlangsung sejak 1669, setelah Kerajaan Gowa ditaklukkan VOC dan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya pada ini meneguhkan semangat orang-orang Makasar untuk melawan tindakan yang memaksakan kehendak, padahal sudah sejak lama, perniagaan laut di Asia Tenggara ini berjalan dengan sistem pasar bebas. Pihak penguasa hanya mengontrol keamanan laut dan pelabuhan dengan menarik cukai atas bermacam mata dagangan. Bahkan para penguasa juga menjadi kaya karena menjadi juragan atau pemilik kapal- kapal dagang. Namun sejak kekalahan dalam Perang Makasar banyak bangsawan, saudagar, dan pelaut Makasar yang meninggalkan kampung halamannya pergi merantau ke seluruh kepulauan itu sebagaian besar bangsawan Bugis di Wajo yang menjadi sekutu Kerajaan Gowa-Tallo juga melakukan pengungsian setelah ibukota kerajaan di Tosora dihancurkan oleh VOC. Peperangan yang terjadi kemudian pada pertengahan abad ke 18 antara Kerajaan Bone melawan Kerajaan Gowa-Tallo dan Kerajaan Wajo juga makin menambah besar jumlah penduduk yang mengungsi. Namun para pengungsi Makasar dan Bugis generasi awal telah beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya. Kebanyakan orang Bugis kemudian menetap di wilayah kepulauan Riau dan Semenanjung Malaya, sementara orang Makasar di Jawa dan Madura. Sedangkan dalam jumlah kecil mereka menyebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dalam proses awal adaptasi, Andaya melihat bahwa para pengungsi Makasar awalnya mengalami kegagalan karena sifat mereka terus memusuhi VOC, sehingga di Jawa Timur, Karaeng Galengsung dan pengikutnya, mendukung pemberontakan Trunojoyo melawan Mataram dan VOC, yang pada akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1679. Hal yang sama juga terjadi di Banten ketika Karaeng Bontomarannu tiba di Banten dengan 800 orang pengikutnya dan mendapatkan tempat tinggal dari SultanBanten, sampai kemudiaan ditinggalkan akibat perang antara VOC dan Banten tahun menurut Andaya, para pengungsi dari Bugis tidak memposisikan sebagai musuh VOC dengan tidak mendukung perlawanan penguasa setempat terhadap VOC. Sehingga orang-orang Bugis ini relatif tidak dicurigai oleh VOC. Para bangsawan Bugis dan pengikutnya yang berada di tanah Semenanjung Malaya justru diminta bantuan oleh Sultan Johor, Abd al-Jalil untuk melawan saingannya, Raja Kecik, yang ingin merebut tahta dengan bantuan Orang Laut. Setelah musuhnya berhasil dikalahkan, Sultan memberikan daerah kepulauan Riau sebagai tempat tinggal orang-orang Bugis. Pada abad ke-18, para bangsawan Bugis ini kemudian membentuk kerajaan yang otonom di kepulauan antara rakyat Makassar dengan VOC terjadi. Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone Arung Palakka dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Arung Palakka mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Arung Palakka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap disahkannya perjanjian Bongaya, maka Rakyat Gowa merasa sangat dirugikan oleh karena itu perangpun kembali berkecamuk. Pertempuran hebat itu membuat Belanda cemas, sehingga menambah bala bantuan dari batavia. Dalam pertempuran dahsyat pada bulan Juni 1669 yang cukup banyak menelan korban di kedua belah pihak, akhirnya Belanda berhasil merebut benteng pertahanan yang paling kuat di Somba Opu. Benteng Somba Opu diduduki Belanda sejak 12 Juni 1669 dan kemudian dihancurkan, setelah pasukan Gowa mempertahankannya dengan gagah berani. Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri Bone yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya benteng Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya akhirnya mengalami kemunduran. Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk. Dalam perjanjian itu, nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya harus dilepaskan. Apalagi sejak Arung Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi Selatan dan berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di Makassar. Sejak itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di Indonesia. Makassar, sebagai ibukota kerajaan Gowa mengalami pengalihan-pengalihan baik dari segi penguasaan maupun perkembangan-perkembangannya. Pengaruh kekuasaan gowa makin lama makin tidak terasa di kalangan penduduk Makassar yang kebanyakan pengikut Arung Palakka dan Belanda . benteng Somba Opu yang selama ini menjadi pusat politik menjadi kosong dan sepi. Pemerintahan kerajaan Gowa yang telah mengundurkan diri dari Makassar Yang berada dalam masa peralihan ke Kalegowa dan Maccini Sombala tidak dapat dalam waktu yang cepat memulihkan diri untuk menciptakan stabilitas dalam negeri. Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah.

Dengankekuasaan yang besar, VOC akhirnya menjadi "negara dalam negara" dan dengan itu pula mulai dari masa Jan Pieterszoon Coen (1619--1629) sampai masa Cornelis Speelman (1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah berhasil dikuasai.

News Perayaan Hari Ulang Tahun Kota Makassar diperingati setiap 9 November Muhammad Yunus Selasa, 09 November 2021 1338 WIB Pegawai kebersihan Kota Makassar berpose memakai pakai adat Makassar. Memperingati HUT Kota Makassar ke- 414 tahun, Selasa 9 November 2021 [ Lorensia Clara Tambing] - Perayaan Hari Ulang Tahun Kota Makassar diperingati setiap 9 November setiap tahunnya. Hari ini, daerah yang dijuluki "Kota Anging Mammiri" ini sudah berusia 414 tahun. Riwayatnya sebagai tempat hunian manusia dimulai ketika digunakan sebagai pemukiman sederhana sejak abad ke-15. Pembangunannya berawal pada bandar di muara Sungai Tallo. Sejarah Kota Makassar dibacakan Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo. Saat perayaan HUT Kota Makassar di anjungan Pantai Losari, Selasa, 9 November 2021. Sebelum ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan dan berkembang menjadi kota terbesar di Indonesia Timur, wilayah yang saat ini dinamakan Makassar mempunyai riwayat yang sangat panjang. Baca JugaPedagang dan Pengunjung Pasar Kota Makassar Minum Kopi dan Makan Kue Taripang Pada abad ke 15, sumber Portugis memberitakan bahwa Bandar Tallo awalnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Siang di sekitar pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan Kerajaan Gowa dan dikenal dengan sebutan Kerajaan Gowa Tallo. Bandar yang awalnya dibangun di Sungai Tallo, dipindahkan ke Sungai Jeneberang. Disinilah Gowa Tallo kemudian membangun pertahanan Benteng Somba Opu. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna 1510-1546 diperkirakan menjadi tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan Kota Makassar. Ia yang memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan. Pada masa Pemerintahan Raja Gowa XVI jugalah didirikan Benteng Rotterdam. Pada masa itu terjadi peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan lokal, regional hingga internasional, sektor politik dan juga sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Baca Juga15 Orang Anggota Keluarga Lailah Ahmadi Meninggal di Makassar Dari laporan saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, terungkap peranan penting saudagar Melayu dalam perdagangan, berupa pertukaran hasil-hasil pertanian dengan barang-barang impor. Berita Terkait Rencana awal akan dibangun stadion berstandar internasional sulsel 1709 WIB Pemeriksaan pada liur, lidah, dan sampel darah sulsel 1107 WIB Bali United diberitakan akan menggelar dua laga uji coba jelang Liga 1 2023/2024 denpasar 1724 WIB Mobil Patwal polisi tabrak pemotor di Makassar, Sulawesi Selatan viral jadi perbincangan publik, setelah menabrak pemotor di daerah itu. serang 1157 WIB Dugaan tindak pidana korupsi yang merugikan negara sekitar Rp19 miliar sulsel 0909 WIB News Terkini Presiden Joko Widodo sempat bertanya kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno News 1123 WIB Pemeriksaan pada liur, lidah, dan sampel darah News 1107 WIB Aparat keamanan harus segera turun tangan untuk memberi rasa aman kepada masyarakat News 1707 WIB Teror tidak hanya ancaman fisik tapi juga ancaman pembunuhan News 1505 WIB Dugaan tindak pidana korupsi yang merugikan negara sekitar Rp19 miliar News 0909 WIB Kasus tersebut sudah dilaporkan ke polisi News 1649 WIB Seorang Narapidana di rumah tahanan Jeneponto terbukti mengendalikan peredaran narkoba News 1509 WIB Akan menjadi rumah sakit kedelapan milik Pemprov Sulsel News 1336 WIB Warga terlibat aksi saling dorong dengan polisi News 1257 WIB Korban ditemukan tak bernyawa dengan mulut berbusa News 0959 WIB Beredar di kawasan timur Indonesia dengan jumlah cukup besar News 0945 WIB Pemenang tender tinggal menyiapkan dokumen perizinan dan dokumen daya dukung News 0938 WIB Para korban diduga mengalami kerugian hingga puluhan miliar News 1548 WIB Korban ditemukan tak bernyawa di sebuah indekos, Jalan Tamalanrea, Kota Makassar News 1348 WIB Bukan bunker narkoba yang selama ini menjadi pertanyaan publik News 1205 WIB Tampilkan lebih banyak
JokoWidodo menunjuk tiga kota di Indonesia untuk diusulkan masuk dalam jaringan kota pintar ASEAN dalam program kerja sama ASEAN Smart Cities Network
Kini Pasar Tradisional hingga Mall di Makassar Transaksi Pakai QRIS MAKASSAR-Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan bersama Dinas Perdagangan dan Perumda Pasar Makassar Raya melakukan launching Piloting Program Pasar dan Pusat Belanja SIAP QRIS pada 13 Desember 2021 di Pasar Kampung Baru Makassar. Launching piloting program SIAP QRIS dini berlangsung di Pasar Kampung Baru dan tiga mall, yaitu Transmart, Nipah dan Mall Panakukkang. Peresmian ditandai dengan pemotongan tumpeng Wakil Walikota Makassar Fatmawati Rusdi. Diketahui, Program SIAP QRIS ini kerja sama Bank Indonesia dengan Kementerian Perdagangan terkait penggunaan QRIS baik offline dan online pada pasar dan pusat perbelanjaan. Hal ini salah satu upaya mendukung program Digitalisasi Pasar Rakyat, yang ditindaklajuti dengan Launching Piloting Program Pasar SIAP QRIS di pasar dan mall di masing-masing daerah. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Causa Imana Karana menyerahkan secara simbolik Program Sosial Bank Indonesia PSBI berupa sarana digitalisasi pasar kepada Pasar Kampung Baru Makassar. Bantuan PSBI tersebut bentuk dukungan Bank Indonesia untuk mewujudkan Program Digitalisasi Pasar. Dalam hal ini BI bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, Perbankan, Pengelola Pasar serta Asosiasi Pedagang memfasilitasi pembayaran non tunai diantaranya menggunakan kanal pembayaran QRIS. Khusus piloting Program Pasar SIAP QRIS di Pasar Kampung Baru Makassar dan 3 mall, BI Sulsel bersinergi Dinas Perdagangan, Bank Rakyat Indonesia, Bank Sulselbar, Perumda Pasar Makassar Raya, Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia Asparindo di Makassar dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia APPBI DPD Sulawesi Selatan dan Barat. “Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperluas akseptasi pembayaran digital dan implementasi QRIS, termasuk di pasar tradisional dan pusat perbelanjaan," katanya Causa Iman via rilis, Senin 13/12/2021. Menurut dia, untuk mewujudkan Digitalisasi Pasar melalui program SIAP QRIS, diperlukan sinergi dan komitmen dari berbagai pihak. Diantaranya, Pimpinan Daerah dan jajaran Dinas terkait, perbankan serta asosiasi pengelola pasar dan pusat belanja. "Utamanya, dukungan Pimpinan Daerah berperan penting untuk mewujudkan seluruh pasar dan mall SIAP QRIS," ujarnya. ApalagiSurabaya masih menjadi salah satu pusat industri dan perdagangan di ujung timur pulau Jawa. Sebagai daerah industri, Surabaya akan tetap membutuhkan bahan baku dari wilayah timur Indonesia. Jumlah penduduk yang makin bertambah dan gerak pembangunan yang mulai menggeliat di bagian timur Indonesia akan menjadi pasar potensial di masa depan. Alimuddinmenjelaskan mengapa Mandar tidak memiliki perahu besar semacam pinisi. Pelarangan pelabuhan lain selain Makassar sebagai pusat perdagangan mengakibatkan Mandar kehilangan denyut perdagangan. Karena tak banyak perniagaan di Mandar maka tak diperlukan perahu besar semacam pinisi di Mandar. Akibatnya Mandar tidak mengembangkan perahu besar. .
  • 4lfpax3zay.pages.dev/296
  • 4lfpax3zay.pages.dev/67
  • 4lfpax3zay.pages.dev/19
  • 4lfpax3zay.pages.dev/155
  • 4lfpax3zay.pages.dev/333
  • 4lfpax3zay.pages.dev/340
  • 4lfpax3zay.pages.dev/165
  • 4lfpax3zay.pages.dev/555
  • 4lfpax3zay.pages.dev/473
  • 4lfpax3zay.pages.dev/71
  • 4lfpax3zay.pages.dev/948
  • 4lfpax3zay.pages.dev/479
  • 4lfpax3zay.pages.dev/559
  • 4lfpax3zay.pages.dev/353
  • 4lfpax3zay.pages.dev/610
  • makassar dengan cepat tampil sebagai salah satu pusat perdagangan